Kali ini akan dibahas materi Biologi mengenai Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Hewan
juga melakukan metabolisme untuk melakukan aktivitas kehidupan. Metabolisme
menghasilkan zat sisa yang harus diekskresikan dari tubuh. Setiap hewan
memiliki cara yang berbeda untuk mengekskresikan sisa metabolisme.
Ekskresi pada Invertebrata
Pada
hewan invertebrata belum ter- dapat sistem ekskresi. Akan tetapi, sisa-sisa
metabolisme harus dikeluarkan dari dalam tubuh organisme. Untuk itu, hewan
invertebrata memiliki alat dan cara ekskresi tersendiri.
1. Sistem
Ekskresi Protozoa
Pengeluaran
sisa-sisa metabolisme Protozoa dilakukan melalui membran sel secara difusi.
Protozoa mempunyai organel ekskresi berupa vakuloa berdenyut yang
bekerja secara periodik untuk mengatur kadar air dalam sel. Sewaktu
mengeluarkan air, sisa-sisa metabolisme ikut dikeluarkan.
2. Sistem Ekskresi Coelenterata dan Porifera
Pada Porifera dan
Coelenterata, pengeluaran sisa metabolisme berlangsung secara difusi, dari
sel tubuh ke epidermis, lalu dari epidermis ke lingkungan hidupnya yang berair.
3. Sistem Ekskresi Cacing Pipih
Pengeluaran sisa
metabolisme pada cacing pipih dan cacing pita dilakukan dengan selenosit
yang disebut juga protonefridium atau sel api. Disebut sel api
karena gerakannya seperti nyala api. Sel api menyerap sisa metabolisme dari
sel-sel di sekitarnya, lalu mengalirkan sisa metabolisme dengan gerakan silia
ke duktus ekskretorius. Lihat Gambar 7.10.
4. Sistem Ekskresi Annelida
Untuk mempelajari sistem ekskresi pada annelida, kita ambil contoh
cacing tanah. Alat ekskresi cacing tanah adalah sepasang metanefridium
berbentuk tabung yang terdapat di setiap segmen tubuhnya. Ujung yang terdapat
dalam segmen terbuka dan berbentuk corong bersilia, disebut nefrostom.
Ujung lainnya yang bermuara keluar tubuh disebut nefridiofor.
Pada nefrostom terdapat gulungan tubulus (tabung) dan bagian yang
menggelembung. Nefridiofor dilewati materi- materi yang dikeluarkan oleh bagian
yang menggelembung dari nefrostom tersebut. Gulungan tubulus nefrostom
diselubungi pembuluh-pembuluh darah yang mem-bentuk jaringan.
Materi-materi
keluar dari cairan tubuh anterior menuju nefridium lewat nefrostom yang
terbuka. Akan tetapi, beberapa materi penting (air dan makanan) diikat langsung
oleh sel-sel pada gulungan tubulus dan menembus pembuluh darah di sekitar tubulus
yang kemudian disirkulasikan lagi. Saat cairan bergerak di sepanjang tubulus,
epitelium transpor yang mengelilingi lubang tubulus memompa garam-garam
esensial keluar dari tubulus. Garam-garam yang keluar dari tubulus ini
direabsorpsi oleh darah dalam kapiler pembuluh darah yang menyelubungi tubulus.
Urin yang dikeluarkan oleh caring tanah berbentuk cair dan mencapai 60% dari
berat tubuh.
4. Sistem Ekskresi Insecta
Insecta mempunyai alat ekskresi yang disebut pembuluh
Malpighi. Pembuluh Malpighi melekat pada ujung anterior usus belakang.
Zat-zat sisa metabolisme diserap dari cairan jaringan
oleh pembuluh Malpighi bagian ujung distal. Dari bagian ini, cairan masuk ke
bagian proksimal pembuluh Malpighi dan membentuk kristal asam urat yang
kemudian masuk ke usus belakang yang akhirnya keluar bersama feses. Sebagian
zat sisa yang mengandung nitro- kan gen dimanfaatkan untuk membentuk kitin Sela
pada eksoskeleton (rangka luar), dan dapat jadi ikut diekskresikan sewaktu molting
atau mer pengelupasan kulit (Campbell et al. 2005; Solomon et al. 2005). Lihat
Gambar 7.11.
Sistem Ekskresi pada Vertebrata
Alat
ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal (ren). Struktur ginjal yang
paling primitif pada vertebrata disebut akrinefros atau holonefros.
Pada
prinsipnya, terdapat tiga tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros,
mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang
pada fase embrio vertebrata selain mamalia, embrio berudu dan larva Amphibia
yang lain. Selama perkembangan embrio amniota dan selama metamorfosis Amphibia,
pronefros digantikan oleh mesonefros.
Mesonefros
merupakan ginjal pada embrio sebagian vertebrata, ikan dewasa, dan Amphibia
dewasa. Pada Reptilia, burung, dan mamalia dewasa, mesonefros akan berubah
menjadi metanefros selama masa perkembangan embrio.
1. Sistem
Ekskresi pada Ikan
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal
mesonefros yang terikat di sisi dorsal rongga tubuh. Bentuk ginjal
mesonefros sempit memanjang, berwarna cokelat, dan pada ujung anteriomya ber-
hubungan dengan sistem reproduksi.
Tubulus ginjal mengalami modifikasi
menjadi duktus eferen yang menghubung- kan testis dengan duktus mesonefridikus.
Selanjutnya, duktus mesonefridikus menjadi duktus deferens yang berfungsi
untuk mengangkut sperma dan urin yang bermuara di kloaka.
Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di
air tawar berbeda dengan mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air laut.
Cairan tubuh ikan air tawar bersifat hiperosmotik dibandingkan air tawar,
sehingga air cenderung masuk ke tubuh ikan. Di saat yang bersamaan, ion tubuh
cenderung keluar ke air. Untuk mengatasi masalah kelebihan air dan kekurangan
ion, ikan air tawar biasanya tidak banyak minum. Tubuhnya diselimuti lendir
untuk mencegah masuknya air secara berlebihan. Ikan aktif menyerap ion
anorganik melalui insang dan mengeluarkan banyak air melalui urin yang encer.
Ikan yang hidup di air laut mengekskresikan sampah
nitrogen yang kurang
beracun, yaitu trimetilamin oksida (TMO).
Zat ini memberi bau khas air laut. Selain itu, ikan air laut mengekskresikan
ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urin dengan volume yang kecil. Ginjal
ikan air laut tidak memiliki glomerulus. Akibatnya tidak terjadi ultrafiltrasi
di ginjal, dan urin terbentuk oleh sekresi garam-garam dan TMO yang berkaitan
dengan osmosis air. Lihat Gambar 7.12.
2. Sistem Ekskresi pada Amphibia
Amphibia memiliki alat ekskresi berupa
ginjal mesonefros. Pada katak jantan, saluran ginjal bersatu dengan saluran
kelamin. Sebaliknya, pada katak betina saluran ginjal dan saluran kelamin
terpisah. Ginjal Amphibia berhubungan dengan ureter di vesika urinaria.
Saat Amphibia mengalami meta- morfosis,
hasil ekskresi Amphibia juga berubah. Larva Amphibia mengekskresikan amonia,
sedangkan berudu dan hewan dewasa mengekskresikan urea.
Alat ekskresi pada
Reptilia adalah sepasang ginjal metanefros. Metanefros berfungsi setelah
pronefros dan mesonefros yang merupakan alat eksekresi pada stadium embrional
menghilang. Cinjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria (kandung kemih).
Vesika urinaria menyempit ke bagian posterior, berukuran kecil. Vesika urinaria
bennuara langsung ke kloaka.
Pada jenis kura-kura
tertentu terdapat sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung
ke kloaka. Vesika urinaria tambahan berfungsi sebagai organ respirasi. Pada
kura-kura betina, organ respirasi tersebut juga berfungsi mem- basahi tanah
yang dipersiapkan untuk membuat sarang sehingga tanah menjadi lunak dan mudah
digali.
Hasil ekskresi Reptilia
adalah asam urat. Reptilia hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah
nitrogen dari darah karena sebagian besar sisa meta- bolisme diekskresikan
sebagai asam urat yang tidak beracun. Asam urat yang dikeluarkan oleh reptilia
berbentuk pasta (bubur) berwarna putih. Sisa air direab- sorpsi oleh bagian
tabung ginjal.
Buaya dan penyu air tawar
mengeks- kresikan asam urat dan amonia. Pada penyu laut terjadi ekskresi garam
dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata, sehingga
penyu laut tampak seperti mengeluarkan air mata. Buaya tidak mempunyai vesika
urinaria sehingga asam urat keluar bersama feses. Lihat Gambar 7.13.
4. Sistem
Ekskresi Aves
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal
metanefros. Burung tidak memiliki vesika urinaria sehingga hasil ekskresi
dari ginjal disalurkan langsung ke kloaka melalui ureter. Tabung ginjal burung
sangat banyak sehingga
metabolisme burung aktif.
Tiap 1 ml kubik jaringan korteks ginjal burung
mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal. Tabung ginjal ini membentuk
lengkung Henle kecil.
Air dalam tubuh diperoleh melalui
reabsorpsi di tubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang
menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang
dikeluar- kan lewat kloaka. Asam urat berbentuk kristal putih yang bercampur
feses. Pada burung
laut, misalnya camar, selain mengekskresikan asam urat juga
mengekskresikan garam. Hal ini disebabkan karena burung laut
meminum air garam dan makan ikan laut yang banyak mengandung garam. Burung laut
memiliki kelenjar pengekskresi garam di atas mata. Larutan garam mengalir ke
rongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam menetes dari
ujung paruh. Lihat Gambar 7.14.
Demikianlah materi mengenai Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata dan Vertebrata, semoga bermanfaat.
Sumber: Buku Biologi Jilid 2 untuk SMA Kelas XI Erlangga Hal. 176-179
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya!
EmoticonEmoticon